Jikakuman itu menempel di badan atau di pakaian dan kita bawa pulang ke rumah, kita tidak tahu akan jadi apa kuman itu. Bisa saja kuman itu berbentuk larva atau telur-telur kutu. Nah, selama kita biarkan baju kotor itu telur-telur itu akan berkembang biak menjadi kutu.
– Banyak orang sering membiarkan pakaian menumpuk di cucian. Baju dan celana habis pakai kerap dilempar begitu saja ke keranjang cucian, tanpa dipisahkan berdasar bahan dan warnanya. Hal ini membuat semua pakaian kotor tercuci menjadi satu di mesin cuci. Alhasil, saat dicuci, pakaian berwarna terang menjadi kusam karena terkena lunturan warna dari pakaian berwarna hanya itu, serat pakaian juga lebih mudah rusak karena sering tercampur dengan pakaian yang tertempel noda dan lumpur. Agar hal ini tidak terjadi, maka pemilahan pakaian sebelum dicuci sangatlah penting. Ilmuwan senior P&G untuk Tide, Jessica Zinna, memberikan saran soal cara memisahkan cucian berdasarkan warna, jenis kain, dan tingkat kekotoran. “Kita sebaiknya mencuci pakaian secara terpisah, agar pakaian terlihat tetap bagus dan terasa lebih awet, terutama saat mencuci dalam suhu dingin,” ujar Zinna.“Saya pribadi akan merekomendasikan memisahkan berbagai warna dan jenis bahan sebanyak mungkin untuk menjaga warna dan tampilan pakaian,” tambahnya. Tidak hanya itu, Mary Gagliardi, alias "Dr. Laundry," ilmuwan internal dan ahli kebersihan dari Clorox, perusahaan produk pembersih asal AS, juga memberikan rekomendasinya tentang memilah pakaian saat dicuci. Ia mengatakan, memilah pakaian sebelum dimasukkan ke mesin cuci adalah cara yang tepat agar hasil cucian menjadi lebih baik. “Ketika kita menggabungkan pakaian gelap, seperti jeans biru, denim hitam, kaus kaki hitam, atau kemeja biru tua dalam satu muatan, andai ada yang luntur, maka tidak akan terlalu kelihatan,” ucap Gagliardi. “Sebaliknya, pakaian berwarna cerah tidak kelunturan akan tampak kotor dan kusam, sehingga mengurangi tampilannya,” sambung Gagliardi. Baca juga Tanda Kita Memakai Detergen Terlalu Banyak Saat Mencuci Pakaian
Kebanyakanmesin cuci kini dilengkapi dengan pilihan untuk mencuci super bersih (diputar-cuci-bilas beberapa kali) dan dicuci cepat. Nah, untuk pakaian yang tidak terlalu kotor, seperti baju tidur atau baju yang hanya dipakai sebentar ke satu acara, gunakanlah fitur mencuci cepat. Selain hemat energi dan air, Anda juga akan sangat menghemat
– Siapa di antara Kawan Puan yang setiap kali melihat selebgram favorit atau artis idola pakai baju yang keren langsung tergiur untuk membeli baju yang serupa? Begitu juga dengan kamu yang tak pernah mau ketinggalan dengan tren fashion terbaru, pasti langsung cepat memilih baju mana saja yang masuk dalam daftar pakaian tersebut benar dibutuhkan atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting punya baju baru jadi hal penting bagi banyak perempuan. Jika Kawan Puan masih melakukan kebiasaan itu, bisa jadi kamu berkontribusi merusak lingkungan. Ya, tanpa disadari, kebiasaan masyarakat yang konsumtif dalam hal pakaian turut berkontribusi pada menumpuknya limbah pakaian yang berdampak buruk bagi lingkungan loh. “Memang kita juga termasuk salah satu pemakai atau berkontribusi pada fast fashion. Pakaian-pakaian diproduksi secara masif dan banyak dijual secara murah. Sementara season tergus berganti,” jelas Aretha Aprilia, pakar manajemen limbah dan energi, saat diwawancarai PARAPUAN. Untuk diketahui, fast fashion adalah istilah di industri tekstil yang memproduksi berbagai model pakaian yang terus berganti secara cepat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama. Baca Juga Dukung Slow Fesyen, Ini Rekomendasi Tempat Rental Baju Pesta Untukmu Bahkan, pada tahap produksi itu sendiri industri pakaian kebanyakan memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. “Dari awal memproduksi pakaian, industri tekstil adalah salah satu industri yang polluting untuk lingkungan. Banyak menyebabkan polusi air dan udara,” tambahnya lagi. Hal ini sejalan dengan temuan Changing Markets Foundation yang dirilis pada Juni 2021 lalu bahwa industri pakaian bertanggung jawab atas lebih dari 20 persen polusi air di dunia. Ironisnya lagi, laporan International Union for Conservation of Nature tahun 2017 menunjukkan bahwa tekstil akan menjadi sumber polusi mikroplastik laut terbesar di dunia. Bagaimana dengan di Indonesia? Menurut pengamatan Aretha, Indonesia sendiri termasuk salah satu produsen dan konsumen pakaian terbesar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2019 menunjukkan bahwa produksi industri pakaian mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 15,29 persen. “Ini seperti pisau bermata dua. Di satu sisi memang bagus karena mereka bisa menyerap tenaga kerja, cuman di sisi lain juga mereka memproduksi pakaian secara massal dalam jumlah yang sangat masif,” ujar Aretha. Tak hanya itu saja. Di beberapa daerah ia juga kerap menemui perusahaan tekstil yang menggunakan pewarna dengan pengelolaan limbah yang buruk. “Ada industri tekstil yang pakai pewarna dan kemudian dibuang ke sungai begitu saja,” tambahnya lagi. Nasib Pengolahan Limbah Pakaian Tak hanya merusak lingkungan di level produksi, industri pakaian juga pada akhirnya membebani kita semua karena berujung jadi limbah yang sulit didaur ulang. Bukannya tanpa sebab, pasalnya Tempat Pembuangan Akhir TPA Bantar Gebang hanya bisa mengolah 50 ton sampah per hari. Angka ini tak sebanding lurus dengan jumlah sampah yang masuk ke area TPA Bantar Gebang Jakarta sebanyak hingga ton per harinya. Persentase pengolahannya sangat kecil. Menurut data Jakarta dalam Angka tahun 2017, persentase komposisi sampah DKI Jakarta untuk kategori kain adalah 1,11 persen. “Sampah kain 1,11 persen, tapi kalau dari ton per hari total keseluruhan sampah di Jakarta, berarti kita membuang 83,25 ton sampah kain per hari,” jelasnya lagi. Menurut Aretha, sebenarnya peraturan terkait persampahan di Indonesia sudah cukup lengkap, hanya saja penegakkan peraturannya masih kurang. “Kita butuh penegakkan peraturannya yang lebih tegas dari pemerintah terhadap polluters,” ujarnya soal implementasi dari program-program pemerintah terkait pengelolaan sampah. Menurut Aretha, orang awam tak banyak yang tahu seperti apa implementasi dari pengolahan sampah tersebut. “Diolah seperti apa? Apakah pengolahannya sudah sesuai dengan materialnya atau tidak?” ujarnya yang menyayangkan tak adanya transparansi dan ketegasan perihal pengolahan limbah tersebut. Baca Juga Bijak Pilih Pakaian, Ini 4 Serat Sintetis yang Tidak Ramah Lingkungan Ironisnya lagi, sekalipun kita telah memilah sampah berdasarkan kategorinya, pada saat sampai di TPA sudah dalam kondisi tercampur. “Ini membuat masyarakat menjadi malas untuk memilah sampah. Jadi belum ada streamline antara peraturan hingga implementasinya di lapangan,” tambahnya. Padahal, pemilahan sampah menjadi salah satu kunci penting dalam pengolahan limbah. “Karena belum terpilah, jadi seringkali tidak bersih. Biasanya kalau sudah tercampur dan kotor, akhirnya tidak diambil oleh pelapak atau pemulung. Itu pun menjadi worthless,” jelasnya lagi. Sampah yang telah tercampur akan semakin sulit untuk diolah, hingga pada akhirnya akan berujung di laut. “Makanya marine litter juga ternyata bukan hanya plastic waste, tapi juga textile waste,” papar Aretha lagi. Salah satu buktinya adalah pernah ditemukan sebuah kasus lumba-lumba yang tercekik pakaian dalam perempuan di Meksiko. Sementara itu, ditemukan juga banyak sampah pakaian di dasar laut. Mengurangi dari Sumbernya Hanya menunggu langkah dari pemerintah untuk mengatasi masalah limbah pakaian tentu bukan hal yang bijak dilakukan. Secara cepat, seharusnya masyarakat bisa secara paralel meminimalisir masalah sampah tekstil yang tak kalah berbahayanya dengan limbah plastik maupun makanan. Seperti yang disampaikan oleh Aretha, “Intinya memang kita harus sebisa mungkin mengurangi sampah sebesar-besarnya agar tidak berakhir di TPA dan membebaninya.” Bukan tanpa sebab, kemampuan dan kapasitas TPA untuk mengolah serta menampung sampah sangatlah terbatas. Terlebih lagi belum ada teknologi yang cukup mumpuni kita miliki untuk mengolahnya. “Coba bayangkan kalau nanti TPA sudah overloaded dan tidak ada tempat untuk buang sampah, lantas gimana? Mau kemana sampah itu dibuang?” ujar Aretha resah, mengingat kini sampah yang masuk ke TPA mencapai 140 kali lipat lebih banyak daripada daya olahnya. Saling menyalahkan siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab dari isu limbah pakaian tentunya tak akan menyelesaikan masalah. Baca Juga Serat Kain Ini Tak Hanya Merusak Lingkungan, Tapi Juga Buruk Bagi Kesehatan Kita sebagai pengguna bisa mengontrol apa yang kita kenakan sehari-hari dan turut berpartisipasi mengurangi sampah dari sumbernya. Kita sendiri yang harus bisa memilih mana yang kira-kira kebutuhan dan keinginan. Apakah kita harus selalu membeli pakaian baru hanya demi mengikuti tren tanpa mengindahkan dampaknya pada lingkungan? Alih-alih menjadi konsumtif, Aretha pun menyarankan untuk menerapkan gaya hidup dengan pedoman quality over quantity. “Pilih produk pakaian yang memang agak mahal tapi berkualitas dan bisa tahan lama. Itu lebih baik dibandingkan kita membeli yang murah tapi berkali-kali dan berujung dibuang,” jelasnya. Gaya hidup masyarakat yang konsumtif adalah salah satu cikal bakal kehidupan yang tidak berkelanjutan. “Jadi memang at the end of the day, kembali lagi ke tangan konsumen agar lebih hati-hati dan bijak dalam menggunakan serta memilah sampah pakaian karena ketika kita ingin berupaya supaya sampah itu tidak masuk ke TPA. Karena kalau tidak kita siapa lagi?” tutupnya.* Baca Juga Ternyata, Tak Semua Brand Label 'Green Fashion' Mempraktikkan Mode Berkelanjutan
Untukmenjelaskan kotoran hewan apa saja yang najis dan tidak najis, Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah menfatwakan, " Adapun kencing dan kotoran hewan yang dagingnya boleh dimakan, sebagian besar salaf berpendapat bahwa ia tidaklah najis. Yang berpendapat ia najis tidak memiliki dalil sayr'i." (Lihat Majmu' Fatawa, 21/613)
JAKARTA, - Menumpuk pakaian kotor di kamar tidur menjadi kebiasaan yang tidak disadari banyak orang. Padahal, selain menampilkan sisi tidak rapi dan tidak nyaman di dalam kamar tidur, pakaian kotor ini akan menyebabkan masalah lainnya, yakni menjadi sarang kutu busuk. Terlebih, ketika Anda datang dari luar kota dan menumpuk pakaian kotor di dalam kamar. Dilansir The Sun, Sabtu 28/5/2022, dalam sebuah eksperimen, peneliti dari University of Sheffield meletakkan sekantong cucian kotor dan sekantong pakaian bersih di sebuah ruangan yang berisi kutu busuk. Baca juga Cara Menghilangkan Bau Kapur Barus pada Pakaian, Cuci Pakai Cuka Shutterstock/MaxyM Ilustrasi kucing duduk di cucian atau pakaian kotor Mereka menemukan bahwa serangga dua kali lebih mungkin berkumpul di tumpukan cucian kotor daripada di keranjang peneliti mengatakan bahwa serangga, yang panjangnya bisa mencapai setengah sentimeter ini, tertarik pada seprai dan pakaian kotor karena mereka menyukai bau manusia. Studi tersebut menjelaskan, kutu busuk tertarik pada bau manusia yang sedang tidur dan kami menyarankan bahwa pakaian kotor dapat memberikan isyarat yang sama menariknya, memungkinkan kutu busuk berkumpul di kantong cucian. Hindari meletakkan pakaian kotor di kamar tidur setelah berpergian Untuk menghindari penyebaran serangga di rumah, disarankan untuk menyimpan pakaian di ruang cuci jika Anda memilikinya, atau jauh dari tempat tidur dan perabotan lunak. Baca juga Cara Memutihkan Pakaian dengan Cuka Anda juga harus melakukan pencucian secara teratur agar tidak menjadi sarang yang sempurna bagi serangga. Dan untuk melindungi diri Anda saat bepergian, simpan pakaian kotor di dalam tas tertutup alih-alih di dalam koper terbuka. Ini akan membantu menghindari Anda membawa pulang serangga sebagai suvenir liburan yang tidak diinginkan.
Membersihkan puing-puing kering akan memastikan bahwa Anda tidak membuat goresan secara tidak sengaja dengan menggosokkan kotoran kasar atau menumpuk di layar," kata Cohoon. Cohoon merekomendasikan menggunakan kain mikrofiber atau kain lembut untuk membersihkan layar TV. Gunakan kain mikrofiber untuk menyeka speaker dan kabel TV.
Semua orang menyukai untuk menggunakan pakaian yang bersih, namun tidak untuk para hewan laut. Setiap beban cucian yang Anda lakukan mungkin dapat menuangkan ratusan ribu polutan kecil ke dalam air, yang kemudian akan dicerna oleh para kerang, moluska dan makhluk laut lainnya di seluruh dunia. Microfibers, atau potongan-potongan kecil dari polyester dan acrylic, ditemukan di antara produk-produk kecantikan ketika bentuk yang lebih besarnya terurai dari plastik. Polutan kecil ini adalah salah satu sumber umum dari pencemaran laut dan menimbulkan suatu masalah bagi makhluk laut dan air tawar. Namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan sebuah harapan. Beberapa pakaian, yakni yang terbuat dari akrilik, jauh lebih berpolusi dibandingkan dengan yang jenis pakaian yang lain. Sementara pakaian yang terbuat dari bahan sintetis merupakan bahan utama pembentukan microfiber. “Microfiber merupaka jenis yang paling umum dari microplastic yang sering kita temukan,” kata Katherine O’Reilly, seorang mahasiswa pendidikan Master dari University of Notre Dame. Dan seluruh pakaian-pakaian ini ternyata dapat menghasilkan serat atau fiber yang sangat variatif. “Beberapa kain melepaskan hingga 3 kali lebih banyak serat daripada bahan lainnya,” kata Richard Thompson, seorang Profesor dari Plymouth University d Inggris sekaligus salah satu penulis dari penelitian ini yang telah diterbitkan dalam Journal Marine Pollution Bulletin. “banyak hal yang dapat dilakukan oleh para produsen untuk mengurangi serat yang dihasilkan.” “Serat yang telah termakan oleh para hewan membuat para hewan ini merasa kenyang namun tanpa memberikan mereka nutrisi,” kata O’Reilly. Menurut penelitian terbaru, Thompson dan Imogen Napper mencuci contoh kain dari beberapa jenis yang berbeda yakni, Akrilik, polyester dan campuran dari polyester mereka menyaring air limbah dari mesin cuci untuk menghitung jumlah seratnya. Mereka menemukan bahwa pakaian berbahan akrilik yang ditemukan pada pakaian seperti sweaters, jaket microfleece, melepaskan serat tiga hingga empat kali lebih banyak daripada pakaian berbahan dasar polyester-katun. Secara singkat, jika Anda mencuci enam kilogram kain yang sama, sebanyak 700,000 serat/berat dibuang ke dalam aliran air limbah . Beberapa serat pakaian disaring oleh pabrik pengolahan air limbah, namun sisanya berhasil lolos dan diperkirakan sekitar 40 persen dari serat yang lolos dari penyaringan ail limbah terbuang ke perairan lepas. Ketika mereka sampai di sungai, danau atau bahkan laut, mereka akan dicerna oleh pengumpan penyaring seperti kerang dan remis yang tentunya memiliki pengaruh yang sangat buruk bagi mereka. “Serat yang telah termakan oleh para hewan membuat para hewan ini merasa kenyang namun tanpa memberikan mereka nutrisi,” kata O’Reilly. Atau menurut ilmuwan NOAA , Sherry Lippiat, racun dan bakteri cenderung menumpuk pada plastik yang nantinya akan dicerna oleh hewan. “Kami sangat khawatir tentang hubungan antara plastik dan kandungan kimia di dalamnya, tapi kamu tidak yakin berapa banyak plastik yang telah terkontaminasi oleh ini,” kata Lippiat maupun O’Reilly yang terlibat dalam penelitian ini. Masih banyak hal yang belum diketahui yang berasal dari microplastik. Misalnya, para ilmuwan tidak mengetahui apakan polutan ini membuat para hewan tersedak, meskipun Lippiat mengatakan bahwa terdapat sebuah kemungkinan dari hal tersebut. Mereka juga tidak mengetahui berapa lama microplastic akan bertahan di dalam tubuh hewan. Memang, microplastics telah ditemukan di sungai, danau, di dasar laut dan bahkan di sebuah danau terpencil di Mongolia . Kata Thompson "Kita perlu mengakui bahwa plastik adalah polutan persisten. Bahkan jika besok kita bisa mengayunkan tongkat sihir dan menghentikan semua polusi plastik terhadap lingkungan, kami masih akan melihat selama beberapa dekade kedepan peningkatan plastik di luar sana. " Pelajarannya ialah, menurut Thompson, "Anda harus mempertimbangkan, apa yang Anda lakukan dengan limbah yang telah Anda tangkap?" Lumpur limbah dari sisa "padatan" dari air limbah, sekarang penuh partikel plastik kecil, terlalu dikubur, dibakar atau diolah dan digunakan sebagai pupuk. Itu berarti bahwa dalam kebanyakan kasus, microplastics yang tertangkap dalam filter bisa saja lolos dan mencemari lingkungan lagi. Sebaliknya, katanya, kita perlu untuk mengatasi masalah pada sumbernya. "Kami menganjurkan para produsen untuk memperhitungkan bukan hanya penampilan pakaian, tetapi juga umur panjang garmen." Setelah semua, kemeja yang menumpahkan serat tiga kali secepat akan aus tiga kali dengan cepat pula. Produsen pakaian Patagonia, yang mendanai penelitian ke dalam pakaian dan microplastics beberapa tahun yang lalu, baru-baru ini mengumumkan di blog-nya bahwa itu mengambil sejumlah langkah untuk meminimalkan masalah tersebut. Perusahaan itu mengatakan telah meminta produsen mesin cuci untuk meneliti bagaimana mereka dapat mengurangi serat yang terbuang atau dapat menjebak serat dan mencari cara untuk mengubah penumpukkan microfiber sintetis ke ... bahan baru dalam lini produk kami." Perusahaan ini juga meminta pelanggan untuk tidak membeli "apa yang tidak Anda butuhkan, karena segala sesuatu yang kita buat, memiliki dampak negatif di planet ini." PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Pencegahandan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan Pedoman Interim WHO. by andi ibrahim. Download Free PDF Download PDF Download Free PDF View PDF. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan
Kamis, 26 April 2018 0945 WIB Ilustrasi pakaian kotor menumpuk. Iklan Jakarta - Kebiasaan mencuci pakaian setiap orang berbeda - beda. Ada yang setiap hari menyediakan waktu untuk mencuci pakaian kotornya. Namun ada pula yang menumpuknya dulu selama beberapa hari sebelum dicuci semuanya. Mana yang paling tepat? Baca Anda Ragu Ingin Putus dengan Pasangan? Intip 4 Hal iniAssociate Vice President Marketing dari PT KAO Indonesia Bun Susilowati mengatakan semuanya tidak ada yang salah. Akan tetapi, bisa jadi berganti - ganti kebiasaan mencucinya tergantung situasi dan kondisi. "Kalau ada pakaian yang benar - benar kotor dan ada risiko penyerapan kotoran jika dibiarkan terlalu lama, maka sebaiknya pakaian langsung dicuci," kata wanita yang akrab disapa Susi kepada Aura dalam acara Electrolux Attack Care di Jakarta, Selasa 24 April mengatakan ada beberapa jenis noda yang bisa menyerap hingga ke serat kain dan akan menjadi sulit dihilangkan jika sudah telanjur meresap. Sebaliknya, jika hanya pakaian sehari - hari yang tidak terlalu kotor atau hanya kotor karena debu dan keringat, Anda tidak perlu terburu - buru mencucinya. Selain akan boros air dan detergen, kapasitas mesin cuci yang besar juga sayang, jika tidak dimanfaatkan. "Pakaian yang kotornya biasa, bisa ditumpuk dua atau tiga hari sebelum dicuci," kata Susi. Baca Apa Arti Pintu pada Sebuah Rumah? Cek Kata Feng ShuiIklan Jangan lupa, jika mencuci menggunakan mesin, pisahkan pakaian kotor ke dalam keranjang yang berbeda berdasarkan jenis dan warna atau tidak berwarna. "Ini penting untuk memudahkan proses pencucian," BINTANG Artikel Terkait Jennifer Lawrence Elegan Bergaun Hitam di Premiere No Hard Feelings 3 hari lalu 5 Tips Styling Denim Agar Tampil Trendi untuk Milenial 4 hari lalu Tips Memilih Pakaian Sehari-hari dari Selebgram 4 hari lalu 4 Bahan Pakaian yang Tak Perlu Dipakai saat Cuaca Panas 7 hari lalu Seberapa Sering Harus Mencuci Pakaian? 8 hari lalu Outfit Monokrom Priyanka Chopra Nonton Konser Beyonce 9 hari lalu Rekomendasi Artikel Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini. Video Pilihan Jennifer Lawrence Elegan Bergaun Hitam di Premiere No Hard Feelings 3 hari lalu Jennifer Lawrence Elegan Bergaun Hitam di Premiere No Hard Feelings Jennifer Lawrence memadupadankan gaun tipis hitam dan sarung tangan opera 5 Tips Styling Denim Agar Tampil Trendi untuk Milenial 4 hari lalu 5 Tips Styling Denim Agar Tampil Trendi untuk Milenial Tips ini sangat cocok untuk milenial yang mencari penampilan denim yang segar dan mudah. Tips Memilih Pakaian Sehari-hari dari Selebgram 4 hari lalu Tips Memilih Pakaian Sehari-hari dari Selebgram Hindari kesalahan memilih pakaian. Berikut tips menemukan pakaian yang cocok dari selebgram. 4 Bahan Pakaian yang Tak Perlu Dipakai saat Cuaca Panas 7 hari lalu 4 Bahan Pakaian yang Tak Perlu Dipakai saat Cuaca Panas Diperlukan pemilihan bahan pakaian yang cocok ketika cuaca panas. Berikut jenis bahan yang sebaiknya dihindari saat cuaca panas. Seberapa Sering Harus Mencuci Pakaian? 8 hari lalu Seberapa Sering Harus Mencuci Pakaian? Bukan hanya energi dan air yang dapat dihemat dengan mengurangi waktu mencuci pakaian, ini juga berarti pakaian akan bertahan lebih lama Outfit Monokrom Priyanka Chopra Nonton Konser Beyonce 9 hari lalu Outfit Monokrom Priyanka Chopra Nonton Konser Beyonce Priyanka Chopra mendokumentasikan beberapa momen saat dia menonton konser Beyonce 4 Tips Menata Outfit Perjalanan yang Stylish dan Praktis 10 hari lalu 4 Tips Menata Outfit Perjalanan yang Stylish dan Praktis Berikut ini tips menyusun outfit perjalanan yang memadukan kenyamanan dan fashion dengan mudah. Tips Hidup Bersama Anggota Keluarga Positif HIV 10 hari lalu Tips Hidup Bersama Anggota Keluarga Positif HIV Jika orang terdekat baru-baru ini didianosis positif HIV, berikan ia ruang. Berikut lima cara yang dapat membantu bila hidup dengan pengidap HIV. Berharap Keadilan dalam Kasus KDRT di Depok yang Viral Melalui Media Sosial 12 hari lalu Berharap Keadilan dalam Kasus KDRT di Depok yang Viral Melalui Media Sosial Menanti penyelesaian yang adil kasus KDRT pasutri di Depok. Energy Vampire Sebutan untuk Sikap Egois yang Merugikan Orang Lain 12 hari lalu Energy Vampire Sebutan untuk Sikap Egois yang Merugikan Orang Lain Sikap energy vampire ketika menyedot semua energi positif atau niat baik orang lain dalam suatu hubungan
Menumpukpiring akan membuat dapur semakin kotor. Sebagaimana dikutip Republika, seni mencuci piring memisahkan peralatan dapur tertentu. Pertama, dahulukan mencuci cangkir sebelum pindah ke piring dan alat makan lainnya. Sedangkan bagian yang lebih besar seperti sajian piring, panci, dan kaleng panggang menjadi bagian terakhir yang dicuci.
- Dikatakan, bed bugs atau kutu busuk sangat tertarik pada cucian kotor. Bahkan, para ilmuwan juga memperingatkan bahwa membiarkan pakaian kotor dibiarkan di area tempat tidur, terutama saat menginap di hotel dapat memfasilitasi penyebaran hama. Kutu busuk baru-baru ini mengalami kebangkitan secara global, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan perjalanan internasional dengan biaya rendah di industri pariwisata global. Salah satu kemungkinan mekanisme yang memfasilitasi penyebaran serangga ini adalah pakaian dan barang bawaan para turis. Periset dari University of Sheffield di Inggris melakukan eksperimen di dua ruangan yang dikontrol dengan suhu identik. Empat tas jinjing ditempatkan, dua diantaranya memiliki pakaian kotor dan dua dengan pakaian bersih, di area penuh kutu busuk. Baca Juga Bisa Jadi Ladang Cuan, Ini 5 Tips Sukses Memulai Bisnis Laundry Dalam setiap percobaan, satu ruangan menerima peningkatan konsentrasi karbon dioksida untuk menstimulasikan pernapasan manusia. Para ilmuwan menemukan bahwa dengan tidak adanya manusia, kutu busuk dua kali lebih mungkin tercemar pada tas yang berisi pakaian kotor, dibandingkan dengan tas yang berisi pakaian bersih. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports, peneliti juga menemukan bahwa di dalam ruangan dengan peningkatan konsentrasi karbondioksida, kutu busuk lebih mungkin meninggalkan tempat perlindungan mereka dan memulai perilaku mencari host atau inang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bau manusia residual pada pakaian kotor bertindak sebagai elisitor perilaku pencarian host pada kutu busuk. Akibatnya, cucian kotor dibiarkan dalam koper terbuka atau ditinggalkan di lantai ruangan yang penuh sesak dapat menarik kutu-kutu tersebut. Baca Juga Info Lowongan Kerja Bandung Barat di Bidang Content Creator dan Laundry, Ayo Daftar! Keburu Penuh "Kutu busuk adalah masalah besar bagi hotel dan pemilik rumah, terutama di beberapa kota terbesar dan tersibuk di dunia," kata William Hentley dari University of Sheffield.
2Kuyyi. 3nvlurpk06.pages.dev/3873nvlurpk06.pages.dev/3353nvlurpk06.pages.dev/1403nvlurpk06.pages.dev/4103nvlurpk06.pages.dev/2223nvlurpk06.pages.dev/1923nvlurpk06.pages.dev/4233nvlurpk06.pages.dev/66
pakaian yang kotor dan menumpuk akan mengundang hewan